Peninggalan fosil-fosil Homo erectus, yang oleh antropolog juga dijuluki "Manusia Jawa", menimbulkan dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah mulai berpenghuni pada antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu.[12] Bangsa Austronesia, yang membentuk mayoritas penduduk pada saat ini, bermigrasi ke Asia Tenggara dari Taiwan. Mereka tiba di sekitar 2000 SM, dan menyebabkan bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke wilayah-wilayah yang jauh di timur kepulauan.[13] Kondisi tempat yang ideal bagi pertanian, dan penguasaan atas cara bercocok tanam padi setidaknya sejak abad ke-8 SM,[14] menyebabkan banyak perkampungan, kota, dan kerajaan-kerajaan kecil tumbuh berkembang dengan baik pada abad pertama masehi. Selain itu, Indonesia yang terletak di jalur perdagangan laut internasional dan antar pulau, telah menjadi jalur pelayaran antara India dan Cina selama beberapa abad.[15] Sejarah Indonesia selanjutnya mengalami banyak sekali pengaruh dari kegiatan perdagangan tersebut.[16]
Sejak abad ke-1 kapal dagang Indonesia telah berlayar jauh, bahkan sampai ke
Afrika. Sebuah bagian dari relief kapal di candi
Borobudur, k. 800 M.
Di bawah pengaruh agama
Hindu dan
Buddha, beberapa kerajaan terbentuk di pulau
Kalimantan,
Sumatra, dan
Jawa sejak
abad ke-4 hingga
abad ke-14.
Kutai, merupakan kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 di hulu
sungai Mahakam,
Kalimantan Timur. Di wilayah barat pulau Jawa, pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan
Tarumanegara. Pemerintahan Tarumanagara dilanjutkan oleh
Kerajaan Sunda dari tahun 669 M sampai 1579 M. Pada abad ke-7 muncul kerajaan Malayu yang berpusat di
Jambi, Sumatera.
Sriwijaya mengalahkan Malayu dan muncul sebagai kerajaan maritim yang paling perkasa di Nusantara. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa, semenanjung Melayu, sekaligus mengontrol perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Cina Selatan.
[17] Di bawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8 dan ke-10 wangsa
Syailendra dan
Sanjaya berhasil mengembangkan kerajaan-kerajaan berbasis agrikultur di
Jawa, dengan peninggalan bersejarahnya seperti candi
Borobudur dan candi
Prambanan. Di akhir abad ke-13,
Majapahit berdiri di bagian timur pulau Jawa. Di bawah pimpinan mahapatih
Gajah Mada, kekuasaannya meluas sampai hampir meliputi wilayah Indonesia kini; dan sering disebut "Zaman Keemasan" dalam sejarah Indonesia.
[18]
Kedatangan pedagang-pedagang
Arab dan
Persia melalui Gujarat, India, kemudian membawa agama
Islam. Selain itu pelaut-pelaut
Tiongkok yang dipimpin oleh Laksamana
Cheng Ho (Zheng He) yang beragama Islam, juga pernah menyinggahi wilayah ini pada awal
abad ke-15.
[19] Para pedagang-pedagang ini juga menyebarkan agama Islam di beberapa wilayah Nusantara.
Samudera Pasai yang berdiri pada tahun 1267, merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Ketika orang-orang
Eropa datang pada awal
abad ke-16, mereka menemukan beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka kuasai demi mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua pelabuhan
Kerajaan Sunda yaitu
Banten dan
Sunda Kelapa, tapi dapat diusir dan bergerak ke arah timur dan menguasai
Maluku. Pada
abad ke-17,
Belanda muncul sebagai yang terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan
Britania Raya dan
Portugal (kecuali untuk koloni mereka,
Timor Portugis). Pada masa itulah agama
Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama yang dikenal sebagai
3G, yaitu
Gold, Glory, and Gospel.
[20] Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga
Perang Dunia II, awalnya melalui
VOC, dan kemudian langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19.
Di bawah sistem
Cultuurstelsel (
Sistem Penanaman) pada abad ke-19, perkebunan besar dan penanaman paksa dilaksanakan di Jawa, akhirnya menghasilkan keuntungan bagi Belanda yang tidak dapat dihasilkan VOC. Pada masa pemerintahan kolonial yang lebih bebas setelah
1870, sistem ini dihapus. Setelah
1901 pihak Belanda memperkenalkan
Kebijakan Beretika,
[21] yang termasuk reformasi politik yang terbatas dan investasi yang lebih besar di Hindia-Belanda.
Pada masa Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah oleh
Jerman,
Jepang menguasai Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada tahun 1942, Jepang melihat bahwa para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan yang kooperatif dan bersedia mengerahkan prajurit bila diperlukan.
Soekarno,
Mohammad Hatta,
KH. Mas Mansur, dan
Ki Hajar Dewantara diberikan penghargaan oleh
Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Pada Maret
1945 Jepang membentuk sebuah komite untuk kemerdekaan Indonesia. Setelah
perang Pasifik berakhir pada tahun 1945, di bawah tekanan organisasi pemuda, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri bangsa yakni
Soekarno,
Mohammad Hatta, dan
Sutan Sjahrir masing-masing menjabat sebagai presiden, wakil presiden, dan
perdana menteri. Dalam usaha untuk menguasai kembali Indonesia, Belanda mengirimkan pasukan mereka.
Usaha-usaha berdarah untuk meredam pergerakan kemerdekaan ini kemudian dikenal oleh orang Belanda sebagai 'aksi kepolisian' (
Politionele Actie), atau dikenal oleh orang Indonesia sebagai Agresi Militer.
[22] Belanda akhirnya menerima hak Indonesia untuk merdeka pada
27 Desember 1949 sebagai negara
federal yang disebut
Republik Indonesia Serikat setelah mendapat tekanan yang kuat dari kalangan internasional, terutama
Amerika Serikat. Mosi Integral
Natsir pada tanggal 17 Agustus 1950, menyerukan kembalinya negara kesatuan Republik Indonesia dan membubarkan Republik Indonesia Serikat. Soekarno kembali menjadi presiden dengan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden dan Mohammad Natsir sebagai perdana menteri.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis
gerakan non-blok pada awalnya, kemudian menjadi lebih dekat dengan blok
sosialis, misalnya
Republik Rakyat Cina dan
Yugoslavia. Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara tetangga,
Malaysia ("
Konfrontasi"),
[23] dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya pada tahun 1965 meletus kejadian
G30S yang menyebabkan kematian 6 orang
jenderal dan sejumlah
perwira menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya
Orde Baru yang segera menuduh
Partai Komunis Indonesia sebagai otak di belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti ideologi nasional menjadi berdasarkan paham
sosialis-
komunis. Tuduhan ini sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden
Soekarno.
Jenderal
Soeharto menjadi presiden pada tahun
1967 dengan alasan untuk mengamankan negara dari ancaman
komunisme. Sementara itu kondisi fisik Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke tanah air, dan akhirnya dicabut
kewarganegaraannya. Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan
Orde Baru, sementara masa pemerintahan Soekarno disebut
Orde Lama.
Soeharto menerapkan ekonomi
neoliberal dan berhasil mendatangkan
investasi luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal
rezim Orde Baru kebijakan ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi
Universitas California, Berkeley, yang dipanggil "
Mafia Berkeley".
[24] Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik
korupsi,
kolusi, dan
nepotisme yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi
demonstrasi besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun
1998.
Dari 1998 hingga 2001, Indonesia mempunyai tiga
presiden:
Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie,
Abdurrahman Wahid dan
Megawati Sukarnoputri. Pada tahun
2004 pemilu satu hari terbesar di dunia
[25] diadakan dan dimenangkan oleh
Susilo Bambang Yudhoyono.
Indonesia kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan
pertikaian bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk mendapatkan kemerdekaan, terutama
Papua.
Timor Timur akhirnya resmi memisahkan diri pada tahun
1999 setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi
PBB menjadi negara
Timor Leste.
Pada Desember
2004 dan Maret
2005,
Aceh dan
Nias dilanda dua
gempa bumi besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat
Gempa bumi Samudra Hindia 2004 dan
Gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini disusul oleh
gempa bumi di Yogyakarta dan
tsunami yang menghantam
Pantai Pangandaran dan sekitarnya, serta
banjir lumpur di
Sidoarjo pada 2006 yang tidak kunjung terpecahkan.
Read more...